Mengapa kita harus mengemban amanah dakwah ?  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi in

Saudaraku
Mengapa kita harus mengemban amanah dakwah ? barangkali ini adalah sebuah pertanyaan yang konyol, menurut antum yang sudah sekian lama berjuang di jalan dakwah. Buat apa kita bertanya kembali, setelah sekian lama kita berjuang bersama. Tetapi, menurut saya, ini adalah pertanyaan yang menjadi titik tolak idiologis yang menjadi ruh perjuangan kita. Karena sudah menjadi tabiat manusia untuk melakukan sesuatu dengan pamrih, untuk melakukan sesuatu dengan alasan. Marilah kita mencoba mencari alasan mengapa kita mengemban amanah dakwah ini.
1.karena kita bersyukur pada Allah.
Saudaraku...
kita pernah belajar bersama tentang syarat-syarat syukur menurut ibnul qoyyim. Beliau mengatakan bahwa syarat syukur ada tiga, yaitu mengakui nikmat Allah atas dirinya. Menyanjung Allah atas nikmatNya, dan menggunakan nikmat itu untuk mendapat keridhaanNya.
Cobalah kita mulai menghitung bekas-bekas nikmat Allah yang diberikan kepada kita, sejenak kita menghitung ... dan ternyata mahasuci Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita dengan begitu banyak.
Cobalah kita ingat, betapa Allah memberikan kepada kita semuanya yang terbaik. Fisik yang baik, akal yang cerdas, analisa yang tajam, kemampuan retorika dan kalau kita mencoba merenung, kita tidak pernah kekurangan rizki (meskipun sering pas-pasan, tetapi sampai saat ini kita masih bisa makan !)
Tidak ada ruginya kita bersyukur pada Allah SWT, karena bila kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmatNya.
Tentu saja, kita harus bersyukur atas nikmat Allah dengan cara mengakuinya, memuji Allah dan menggunakan nikmat itu untuk mendapat keridhaanNya.
Kalau rosulullah tauladan kita, sholat lail sampai kakinya bengkak karena bersyukur pada Allah, apa yang telah kita lakukan untuk bersyukur padaNya ?
Eh, ternyata kita belum melakukan amal yang membanggakan sebagai tanda syukur kita, untuk bekal akhirat kita.
Dan disini, dijalan dakwah ini, ada banyak peluang amal, ada banyak mutarabbi yang menanti sentuhan tarbiyah kita. Dijalan ini, ada banyak dhuafa dan madzlumin, orang lemah dan orang tertindas, yang menanti pembelaan kita. Dijalan perjuangan ini, ada sekian banyak kemungkaran yang harus kita hentikan. Disini, dijalan ini, ada peluang untuk menjadi Ansharullah !
2.karena obsesi kita terhadap akhirat.
Malik bin Dinar pernah mengatakan, ” kadar hilangnya obsesi anda kepada akhirat dari hati anda sangat ditentukan oleh kadar obsesi anda terhadap dunia ”.
Karena obsesi kita tehadap akhirat, karena keimana kita pada Allah dan hari akhir, karena kita merindu surga, karena kita menyadari amal kita terlalu sedikit, maka kita harus beramal ! sekarang ! walaupun sedikit ! dan tidak boleh ditunda!
3.karena konsekuensi kita terhadap dosa-dosa kita.
Saudaraku,
Keakraban kita dengan kemaksiatan membuat munculnya perasaan tidak berdosa. Kedekatan kita dengan kemaksiatan membuat lemahnya nurani kita. Dan generasi salaf menganggap dosa harus ditebus dengan amal solih !
Ya, dosa kita sudah terlalu banyak teronggok menutupi pintu hati kita. Mari kita segera bertaubat kepada Allah SWT, dan segera memperbanyak amal, karena kita berharap, amal kita dapat menebus dosa kita !
kita beramal dan berdakwah bukan karena kita merasa lebih baik dari mutarabbi kita, lebih baik dari pada simpatisan dan kader pemula, tetapi karena kita merasa dosa kita terlalu banyak dan Allah Arrahiim masih saja memberi banyak nikmat kepada kita. Inna lillah..
4.karena kita ingin beramal dengan ikhlas.
Kita telah belajar bersama, sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya, apakah amal itu ikhlas karena Allah SWT, atau karena ingin meminang wanita, meraih harta atau menggapai dunia.
Seorang tabiin, pernah menangis selama dua puluh tahun, tanpa diketahui istrinya.
Imam Al mawardi, telah menghabiskan umurnya untuk menulis buku, tetapi tidak ada yang dipublikasikan sampai ia wafat!
Apa yang akan kita ikhlaskan, kalo amalpun belum pernah kita lakukan! bukankah tiada keikhlasan tanpa amal?
Dan dijalan ini, ada banyak peluang amal yang bisa kita lakukan.
5.karena kesadaran kita akan sedikitnya waktu, terbatasnya sumberdaya dan minimnya kekuatan sehingga konsekuensinya kita harus amal jama’i.
Waktu kita sangat singkat, detik-detik berjalan tak terasa, tahun demi tahun bergulir mengurangi jatah umur kita.
Dan ternyata, kita juga belum melakukan apa-apa. Untuk menebusnya, kita harus kreatif beramal.
Ketika ingin kreatif beramal, kita baru menyadari betapa terbatasnya sumber daya yang kita miliki, betapa minimnya kekuatan yang kita punyai, semuanya tidak sebanding dengan kewajiban yang harus kita tunaikan. sungguh, bekal kita tidaklah memadai untuk melakukan sebuah perjalanan panjang peradaban.
Secara teori ekonomi, kita harus memanfaatkan sumber daya, potensi dan waktu kita yang terbatas untuk meraih ”keuntungan ” amal akhirat yang besar.
Rasa-rasanya, tanpa jamaah yang mengakomodaasi potensi kita, kita tidak mungkin dapat melakukannya.
Sebagai contoh, mungkin kita ”hanya” punya keahlian menempel pamflet atau memasang bendera, tetapi bila keahlian ini berpadu dalam sebuah amal jama’i yang mamadukan potensi. selembar pamflet yang kita tempel akan mejadi kontribusi cikal bakal khilafah! (dengan izin Allah)
Atau mungkin, dari infaq 2,5 % penghasilan kita yang tidak seberapa, yang kadang-kadang masih dibawah UMR, bila dikumpulkan dengan ikhwah yang lainnya, dana ini akan menjadi penopang dakwah yang luar biasa ! subhanallah
6.karena kita tahu akan konspirasi musuh-musuh islam.
Musuh-musuh islam bahu membahu, menyatukan potensi dan harta mereka, bekerja keras 24 jam, mencurahkan segala usaha dan upaya untuk menghancurkan Islam.
Makar musuh Allah ada dimana-mana, Iraq, Afghanistan, Mesir, Philipina dan penjuru negeri islam lainnya tak luput dari makar mereka. Data terbaru, umat Islam indonesia tinggal 70%. What next ? apa yang harus kita lakukan?
Tentu saja, kita harus bekerja lebih keras lagi, karena kita tidak rela panji islam terkulai.

solo,2003

This entry was posted on 19 Jan 2009 at 1:34:00 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar