soal remidi fisika kelas x smait nur hidayah  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

assalamualaikum anak anak sekalian..

remidi fisika bisa klik disini
max dikerjakan senin 21 okt 13

remidi fisika  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

anak-anakku kelas X, alhamdulillah soal remidi fisika baru sempat ustad posting. klik link ini ya
atau kalo tidak bisa, alamatnya https://docs.google.com/forms/d/1ivxaooAMB1wGkrc1LdeWzrPdfjkT8U0jVmi9l4_747Q/viewform
 di copy dan di paste di web browser.
jangan lupa klik submit ya.. biar data kalian tersimpan
tidak perlu dicetak Syukron :) :)

kekuatan dan keberkahan bismillah  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

Kekuatan dan Keberkahan Bismillah


Oleh Badiuzzaman Said Nursi*

Bismillâh adalah awal segala kebaikan. Karena itu, kita memulai dengannya. Wahai jiwa, ketahuilah bahwa di samping sebagai syiar Islam, kalimat yang baik dan penuh berkah ini merupakan zikir seluruh entitas lewat lisanul hal (keadaan) mereka. Jika engkau ingin mengetahui sejauh mana kekuatan luar biasa yang tak pernah habis yang terkandung dalam bismillâh serta sejauh mana keberkahan yang terdapat padanya, perhatikan perumpamaan singkat berikut ini.

Seorang Badui yang hidup nomaden dan mengembara di padang pasir harus memiliki afiliasi dengan pemimpin kabilah dan harus berada dalam perlindungannya agar selamat dari gangguan orang-orang jahat, agar bisa menunaikan pekerjaannya, dan agar bisa mendapatkan berbagai kebutuhannya. Jika tidak, ia akan merana sendirian dalam kondisi cemas dan gelisah menghadapi banyak musuh dan kebutuhan yang tak terhingga.

Pengembaraan yang sama dilakukan oleh dua orang; yang satu rendah hati dan yang kedua sombong. Orang yang rendah hati menisbatkan diri (berafiliasi) kepada penguasa, sementara yang sombong menolak untuk menisbatkan diri padanya. Keduanya berjalan di padang pasir tersebut. Ketika orang yang menisbatkan diri kepada penguasa itu berkelana dengan aman di setiap tempat. Jika bertemu perompak jalanan, ia berkata, “Aku berjalan atas nama penguasa.” Mendengar hal itu perompak tadi membiarkannya pergi. Jika dia masuk ke dalam kemah, ia disambut dengan penuh hormat berkat nama penguasa yang disandangnya. Adapun orang yang sombong, ia menjumpai berbagai cobaan dan musibah yang tak terkira. Pasalnya, sepanjang perjalanan ia terus berada dalam ketakutan dan kecemasan. Ia selalu meminta dikasihani hingga membuat dirinya terhina.

Karena itu, wahai diri yang sombong, ketahuilah! Engkau laksana pengembara Badui di atas. Dunia yang luas ini adalah padang pasir tersebut. Kefakiran dan ketidakberdayaanmu tak terhingga serta musuh dan kebutuhanmu tak pernah habis. Jika demikian keadaannya, sandanglah nama Pemilik Hakiki dan Penguasa Abadi dari padang pasir ini agar engkau selamat dari meminta-minta pada makhluk serta dari rasa cemas dalam menghadapi berbagai peristiwa.

Ya, kalimat ini, bismillâh, merupakan kekayaan besar yang penuh berkah bahwa dengannya kefakiranmu terpaut dengan sebuah rahmat yang luas dan mutlak lebih luas dari seluruh entitas. Ketidakberdayaanmu juga terpaut dengan sebuah kekuatan besar dan mutlak yang memegang kendali seluruh wujud, mulai dari atom hingga galaksi. Bahkan semua kefakiran dan ketidakberdayaanmu menjadi sarana yang diterima oleh Sang Mahakuasa Yang Maha Penyayang, Pemilik Keagungan.

Orang yang bergerak dengan kalimat tersebut bagaikan orang yang bergabung dalam sebuah pasukan. Ia beraktivitas atas nama negara tanpa takut kepada siapa pun. Sebab, ia berbicara atas nama undang-undang dan negara sehingga ia dapat menyelesaikan tugas dan tegar dalam menghadapi apa pun.

Di awal kami telah menyatakan bahwa semua entitas lewat lisanul hal (keadaannya) mengucap bismillâh. Benarkah demikian?

Ya, kalau engkau melihat seseorang mampu menggiring manusia ke satu tempat serta memaksa mereka melakukan berbagai kewajiban, tentu engkau berkeyakinan bahwa orang itu tidak sedang mewakili dirinya dan tidak menggiring manusia atas nama dan kekuatannya. Akan tetapi, ia seorang prajurit yang bertindak atas nama negara dan bersandar kepada kekuatan pemimpin.

Nah, seluruh entitas juga melakukan tugasnya atas nama Allah. Dengan nama Allah, benih-benih yang sangat kecil memikul sejumlah pohon yang sangat besar dan berat. Artinya, setiap pohon mengucap bismillâh dan mengisi kedua tangannya dengan buah-buahan yang berasal dari kekayaan rahmat Ilahi guna dipersembahkan kepada kita. Setiap kebun mengucap bismillâh. Ia menjadi dapur bagi kodrat Ilahi sebagai tempat untuk mematangkan berbagai makanan yang nikmat. Setiap hewan yang penuh berkah—seperti unta, kambing, dan sapi—Kalimat Pertama mengucap bismillâh. Mereka menjadi sumber yang memancarkan susu berlimpah. Atas nama Dzat Pemberi Rezeki ia berikan kepada kita nutrisi yang paling lembut dan paling bersih. Akar-akar setiap tumbuhan dan rumput mengucap bismillâh serta membelah batu karang yang keras dengan nama Allah. Dia berucap/bergerak atas nama Allah dan ar-Rahman, sehingga segala sesuatu tunduk kepadanya.

Ya, tersebarnya ranting di udara dan diiringi banyak buah, bercabangnya sejumlah akar di dalam batu karang yang keras dan ia menyimpan nutrisi di bawah tanah, lalu dedaunan yang hijau menahan cuaca panas sementara ia tetap segar, semua itu merupakan tamparan keras yang membungkam mulut kaum materialis, para penyembah sebab, sekaligus sebagai seruan keras yang menggema di wajah mereka di mana ia berbunyi, “Kondisi keras dan panas yang kalian sandar melaksanakan tugas sesuai perintah Tuhan di mana akar yang halus dan lembut melaksanakan perintah, “Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu!’”1 seperti tongkat Musa, sehingga ia memecahkan batu karang. Dedaunan yang segar laksana anggota tubuh Ibrahim as. yang ketika menerima kobaran panas membaca ayat, “Wahai api, jadilah engkau dingin dan selamat...” (QS. al-Anbiyâ: 69)

Jadi, selama segala sesuatu di alam ini mengucap bismillâh secara maknawi, mendatangkan serta mempersembahkan nikmat Allah kepada kita dengan bismillâh, maka kita juga harus memulai dengan bismillah. Kita memberi dengan nama Allah dan mengambil dengan nama Allah. Demikian pula kita tidak boleh menerima dari kaum yang lalai yang tidak memberi dengan nama Allah.

Pertanyaan: Kita memperlihatkan penghormatan kepada orang yang menjadi sebab datangnya nikmat pada kita. Lalu apa yang dituntut dari kita oleh Allah sebagai Dzat Pemilik seluruh nikmat?

Jawaban: Allah Pemberi Nikmat hakiki menuntut tiga hal dari kita sebagai harga dari nikmat yang berharga tersebut.

Pertama zikir, kedua syukur, dan ketiga adalah pikir.

Dalam hal ini, bismillâh sebagai pembuka merupakan zikir, alhamdulillâh sebagai penutup adalah syukur, sementara apa yang berada diantara keduanya adalah pikir, yaitu merenungi dan menyadari bahwa nikmat-nikmat yang berharga tersebut merupakan mukjizat kodrat Tuhan Yang Maha Esa serta hadiah rahmat-Nya yang luas.

Nah, sebagaimana orang yang mencium kaki pembantu yang telah mengantarkan hadiah raja sungguh sangat bodoh dan tolol, begitu pula memuja dan mencintai sebab-sebab materi yang menjadi pengantar rezeki, dan melupakan Pemberi Nikmat hakiki. Bukankah ini ribuan kali jauh lebih bodoh darinya?

Wahai jiwa, jika engkau tidak mau seperti orang bodoh di atas, maka:

Berilah dengan nama Allah. Ambillah dengan nama Allah. Mulailah dengan nama Allah. Bekerjalah dengan nama Allah.

Wassalam.


*dari kitab Risalah Nur "Al-Kalimat" Badiuzzaman Said Nursi

*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia

Renungan Ramadhan -KH Rahmat Abdullah-  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

"Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air di akhir malam, lapar dan haus di terik siang."-KH Rahmat Abdullah-


Tak pernah air melawan qudrat yang ALLAH ciptakan untuknya, mencari dataran rendah dan semakin kuat ketika dibendung dan menjadi nyawa kehidupan. Lidah api selalu menjulang dan udara selalu mencari daerah minimum dari kawasan maksimum, angin pun berhembus.

Edaran yang pasti dari keluarga galaksi, membuat manusia dapat membuat mesin pengukur waktu, kronometer, menulis sejarah, catatan musim dan penanggalan. Semua bergerak dalam harmoni yang menakjubkan. Ruh pun –dengan karakternya sebagai ciptaan ALLAH– menerobos kesulitan mengaktualisasikan dirinya yang klasik saat tarikan grativasi “bumi jasad” memberatkan penjelajahannya menembus hambatan dan badai cakrawala.

Kini –dibulan ini (Ramadlan)– ia begitu ringan, menjelajah langit ruhani. Carilah bulan diluar Ramadlan – saat orang dapat mengkhatamkan tilawah satu, dua, tiga sampai empat kali dalam sebulan. Carilah momentum saat orang berdiri lama dimalam hari, saat orang menyelesaikan sebelas atau dua puluh tiga rakaat. Carilah musim kebajikan saat orang begitu santainya melepaskan “ular harta” yang membelitnya.

Inilah momen yang membuka seluas-luasnya kesempatan ruh mengeksiskan dirinya dan mendekap erat-erat fitrah dan karakternya.

Marhaban ya syahra ramadlan Marhaban ya syahra’ as-shiyami
Marhaban ya syahra ramadlan Marhaban ya syahra’ al-qiyami.

Keqariban ditengah keghariban (pendekatan diri ditengah keterasingan)

Ahli zaman kini mungkin leluasa menertawakan muslim badui yang bersahaja, saat ia bertanya : “Ya Rasul ALLAH, dekatkah tuhan kita? Sehingga saya cukup berbisik saja atau jauhkah Ia sehingga saya harus berseru kepada-NYA?”

Sebagian kita telah begitu ‘canggih’ memperkatakan Tuhan. Yang lain merasa bebas ketika beban-beban orang bertuhan telah mereka persetankan.

Bagaimana rupa hati yang Ia tiada bertahta disana? Betapa miskinnya anak-anak zaman, saat mereka saling benci dan bantai. Betapa sengsaranya mereka saat menikmati kebebasan semu; makan, minum, seks, riba, suap, syahwat dan seterusnya, padahal mereka masih berpijak dibumi-NYA.

Betapa menyedihkan orang yang grogi menghadapi kehidupan dan persoalan, padahal Ia yang memberinya titah untuk menuturkan pesan suci-NYA. Betapa bodohnya masinis yang telah mendapatkan peta perjalanan, kisah kawasan rawan, mesin kereta yang luar biasa tangguh dan rambu-rambu yang sempurna, lalu masih membawa keluar lokonya dari rel, untuk kemudian menangis-nangis lagi di stasiun berikutnya, meratapi kekeliruannya. Begitulah berulang seterusnya.

Semua ayat dari 183 – 187 surah Al Baqarah bicara secara tekstual tentang puasa. Hanya satu ayat yang tidak menyentuhnya secara tekstual, namun sulit mengeluarkannya dari inti hikmah puasa. “Dan apabila hamba-hambaku bertanya tentang Aku, maka katakanlah : sesungguhnya Aku ini dekat…( Al Baqarah : 185).

Apa yang terjadi pada manusia dengan dada hampa kekariban (kedekatan) ini? Mereka jadi pandai tampil dengan wajah tanpa dosa didepan publik, padahal beberapa menit sebelum atau sesudah tampilan ini mereka menjadi drakula dan vampir yang haus darah, bukan lagi menjadi nyamuk yang zuhud. Mereka menjadi lalat yang terjun langsung kebangkai-bangkai, menjadi babi rakus yang tak bermalu, atau kera, tukangtiru yang rakus.

Bagaimana mereka menyelesaikan masalah antar mereka? Bakar rumah, tebang pohon bermil-mil, hancurkan hutan demi kepentingan pribadi dan keluarga, tawuran antar warga atau anggota lembaga tinggi Negara, bisniskan hukum, atau jual bangsa kepada bangsa asing dan rentenir dunia. Berjuta pil pembunuh mengisi kekosongan hati ini. Berapa lagi bayi lahir tanpa berstatus bapak yang syar’i? Berapa lagi rakyat yang menjadi keledai tunggangan para politisi bandit? Berapa banyak lagi ayat-ayat dan pesan dibacakan sementara hati tetap membatu? Berapa banyak lagi kurban berjatuhan sementara sesama saudara saling tidak peduli?

Al Qur’an dulu baru yang lain


Bacalah Al-Qur’an, ruh yang menghidupkan, sinari pemahaman dengan sunnah dan perkaya wawasan dengan sirah, niscahya Islam itu terasa nikmat, harmoni, mudah, lapang dan serasi. Al-Qur’an membentuk frame berfikir. Al-Qur’an mainstream perjuangan. Nilai-nilainya menjadi tolak ukur keadilan, kewajaran, dan kesesuaian dengan karakter, fitrah dan watak manusia. Penguasaan outline-nya menghindarkan pandangan parsial juz’i. penda’wahannya dengan kelengkapan sunnah yang sederhana, menyentuh, aksiomatis, akan memudahkan orang memahami Islam, menjauhkan perselisihan dan menghemat energi umat.

Betapa da’wah Al-Qur’an dengan madrasah tahsin, tahfiz dan tafhimnya telah membangkitkan kembali semangat keislaman, bahkan dijantung tempat kelahirannya sendiri. Ahlinya selalu menjadi pelopor jihad digaris depan, jauh sejak awal sejarah ini bermula. Bila Rasullah meminta orang menurunkan jenazah dimintanya yang paling banyak penguasaan Qur’annya. Bila menyusun komposisi pasukan, diletakannya pasukan yang lebih banyak hafalannya. Bahkan dimasa awal sekali ‘unjuk rasa’ pertama digelar dengan pertanyaan “Siapa yang berani membacakan surat Arrahman di ka’bah?” Dan Ibnu Mas’ud tampil dengan berani dan tak menyesal atau jera walaupun pingsan dipukul musyrikin kota Makkah.

Nuzul Qur’an di Hira, Nuzul Qur’an di hati

Ketika pertama kali Al-Qur’an diturunkan, ia telah menjadi petunjuk untuk seluruh manusia. Ia menjadi petunjuk sesungguhnya bagi mereka yang menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ia benar-benar berguna bagi kaum beriman dan menjadi kerugian bagi kaum yang zalim. Kelak saatnya orang menyalakan rambu-rambu, padahal tanpa rambu-rambu kehidupan jadi kacau. Ada juga orang berfikir malam qodar itu selesai sudah karena ALLAH menyatakan dengan anzalnahu ( kami telah menurunkannya) tanpa melihat tajam-tajam pada kata tanazzalu’l Malaikatu wa’l Ruhu (pada malam itu turun menurunlah para malaikat dan ruh), dengan kata kerja permanen.

Bila malam adalah malam, saat matahari terbenam, siapa warga negeri yang tak menemukan malam; kafirnya dan mukminnya, fasiqnya dan shalihnya, munafiqnya dan shiddiqnya. Yahudi dan nasraninya? Jadi apakah malam itu malam fisika yang meliput semua orang dikawasan?

Jadi ketika Ramadhan di gua Hira itu malamnya disebut malam qadar, saat turun sebuah pedoman hidup yang terbaca dan terjaga, maka betapa bahaginya setiap mukmin yang sadar dengan Nuzulnya Al-Qur’an dihati pada malam qadarnya masing-masing, saat jiwa menemukan jati dirinya yang selalu merindu dan mencari sang Pencipta. Yang tetap terbelenggu selama hayat dikandung badan, seperti badanpun tak dapat melampiaskan kesenangannya, karena selalu ada keterbatasan dalam setiap kesenangan. Batas makanan dan minuman yang lezat adalah keterbatasan perut dan segala yang lahir dari proses tersebut. Batas kesenangan libido ialah menghilangnya kegembiraan dipuncak kesenangan. Batas nikmatnya dunia ketika ajal tiba-tiba menemukan rambu-rambu: Stop!

Puasa: Da’wah, Tarbiyah, Jihad dan Disiplin

Orang yang tertempa makan (sahur) disaat enaknya orang tertidur lelap atau berdiri lama malam hari dalam shalat qiyam Ramadlan, setelah siangnya berlapar haus atau menahan semua pembantal lahir bathin, sudah sepantasnya mampu mengatasi masalah-masalah da’wah dan kehidupannya tanpa keluhan, keputusasaan atau kepanikan.

Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air diakhir malam, lapar dan haus diterik siang.

Mereka biasa berburu dan menunggu target perjuangan, jauh sampai keakhirat negeri keabadian, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar menyingsing. Namun bagaimana mungkin bisa mengajar orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya sendiri? “Fadiqu’s Syai’la Yu’thihi’ (yang tak punya apa-apa tak kan mampu memberi apa-apa).

Wahyu pertama turun dibulan Ramadlan, pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga di bulan Ramadlan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan Ramadlan. Ini menjadi inspirasi betapa madrasah Ramadlan telah memproduk begitu banyak alumni unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke maghrib zaman.

Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits, mulut mereka juga menggetarkan kalimat yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yang menunggu jawaban serius. ~KH. Rahmat Abdullah~

*)http://iqronews.wordpress.com/2011/07/28/renungan-ramadlan/
*)http://pkspiyungan.blogspot.com/2011/08/renungan-ramadhan-kh-rahmat-abdullah.html

munajat rindu..  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

Kepada saudaraku Pejuang dakwah dijalan Allah…

Kepada sahabat yang Allah mulyakan ia dengan dakwah...
Kepada setiap muslim yang mencitakan kejayaan islam…
Aku gemakan sebuah seruan cinta..
Sebuah seruan untuk gemakan tekad...
Sebuah seruan yang merupakan desah-desah kalbu...
Kepada mereka yang bekerja keras mengharap ridha Allah…
Kepada mereka yang siap mengemban beratnya amanah dakwah…
Kepada para murabbi yang serius membina…
Kepada mereka yang sabar membersamai mutarabbinya, meniti jalan ilahi…
Kepada saudaraku tercinta….
Risalah ini aku persembahkan…

Karena aku mencintai antum ...
Cinta karena Allah dan meneladani rasulnya...
Cinta yang mengharu biru kalbu
Cinta yang menyesak memenuhi rongga dada..
Cinta yang menggelorakan...

Saudaraku...
Bukankah Allah telah memuliakan kita semua dengan dakwah ini..?
Bukankah sebuah kebahagian bagi kita ketika Allah memilih kita sebagai jundullah, tentara-tentara Allah yang membela syariatnya?
Bukankah sebuah kehormatan bagi kita ketika Allah memilih kita untuk menghasung panji-panjinya?
Lihatlah lebih dalam pada masing-masing diri kita. Sadarlah segera akan hampa temunya batin dalam shalat-shalat kita menghadapNya. Tiada lagi nikmat indah yang berasa menyejuk itu. Kemanakah lari tilawah harian kita yang belepotan terbata-bata itu. Untuk menuntaskan target-target minimal yang menjadi standar ketangguhan ruhiyah kita tak lagi kuat kita capai. Kemanakah malam-malam hening tempat kita berdiri, ruku, dan sujud penuh isak membasahi pipi. Semua kini telah lenyap meninggalkan suara dengkur keras panjang menyambut fajar. Mungkin dengan alasan lelah yang sebenarnya tak seberapa itu, bahkan yang sebenarnya tak tepat sebagai kedok malas itu. Kemana juga berbagi waktu kita dengan penggalian ilmu, dengan pengasah fikir. Dengan dan dengan semua keutuhan kita

Kering terasa menyesak. Hampa sedemikian tak punya warna. Karena dalam semua sisa kekuatan yang telah remuk itu, terbuka lebar pintu inkhirafat fikr dan amal yang ngeri nganga. pikiran semakin memberat luka duka beban tak berpikul.

Alangkah indahnya perjuangan ini..
Saudaraku...
Ketika dalam setiap derap langkahnya kita lantunkan sebuah doa yang diajarkan Rasulullah yang mulia..
Dalam waktu yang kita renda, hari yang kita jalin
Ada sekian banyak kesejukan yang kita rasa
Ada rindu yang menyesak dada
Ada pahatan kasih yang terpasang di hati
Selama itu pula kebersamaan kita ukir
Semoga.......
Waktu yang sedikit itu....
Tidak pernah melupakan kita dari indah kenangan yang membersamai kita...

Aku berharap....
Kebersaman kita bukan sekedar kebersamaan sesaat
Bukan kebersamaan yang tak bernilai apa-apa
Tapi... Sebuah kebersamaan yang hakiki...
Kebersamaan yang terukir dalam hati
Meski raga kita tak lagi bersua

Yaa Allah..
Anugrahilah kami rasa takut yang menghalangi kami dari maksiat kepadamu...
Dan ketaatan yang menghantarkan kami menuju surgamu...
Serta keyakinan yang meringankan kami dalam menghadapi musibah duniawi..
Yaa Allah, Berilah anugrah kepada kami muntuk menikmati pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama engkau masih mengizinkan kami hidup...
Yaa Allah..
Tolonglah kami dalam menghadapi musuh-musuh kami..
Dan balaslah orang yang menzalimi kami...
Janganlah Engkau timpakan musibah yang pada agama kami...
Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai perhatian terbesar kami dan orientasi ilmu pengetahuan kami...
Dan janganlah engkau perkenankan orang yang tidak menyayangi kami menguasai kami..

Pendidikan karakter (Character building)  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

oleh: Anis Matta

Anda pernah mendengar kata “split personality”? atau kepribadian yang terpecah? Maka semua itu berhubungan dengan proses pembentukan karakter seorang manusia. Karakter yang ada di dalam dirinya. Maka buku ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan karakter manusia dan proses pembentukannya, serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk membentuk karakter cara islam.

Krisis Moral dan Kepribadian
Kita hidup dalam sebuah dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba, namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, dan tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus, dalam hal ini masyarakat mungkin mengalami krisis moral. Krisis moral dapat ditandai oleh dua gejala yaitu tirani dan keterasingan. Tirani merupakan gejala dari rusaknya perilaku sosial, sedangkan keterasingan menandai rusaknya hubungan sosial.

Penyebab terjadinya krisis moral adalah :
Adanya penyimpangan pemikiran dalam sejarah pemikiran manusia yang menyebabkan paradoks antarnilai, misalnya etika dan estetika
Hilangnya model kepribadian yang integral, yang memadukan kesalihan dengan kesuksesan, kebaikan dengan kekuatan, dan seterusnya
Munculnya antagonisme dalam pendidikan moral
Lemahnya peranan lembaga sosial yang menjadi basis pendidikan moral
Krisis moral ini menimbulkan begitu banyak ketidakseimbangan di dalam masyarakat yang tentunya tidak membuat masyarakat bahagia. Maka solusi yang sangat tepat bagi masalah ini hanya satu yaitu : Kembali menempuh jalan Allah, kembali kepada jalan islam. “Maka, barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 38)

Akhlak Dalam Semua Sisi Kehidupan
Akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal shalih pun mencakup semua sektor kehidupan manusia itu.

Akhlak = Iman + Amal Shalih

Maka akhlak Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan memasuki individu manusia dan merekonstruksi visi, membangun mentalitas, serta membentuk akhlak dan karakternya. Demikianlah, Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan memasuki masyarakat manusia dan mereformasi sistem, serta membangun budaya dan mengembangkan peradabannya.
Walaupun islam merinci satuan akhlak terpuji, namun dengan pengamatan mendalam, kita menemukan satuan tersebut sesungguhnya mengakar pada induk karakter tertentu. Sedangkan akhlak tercela seperti penyakit syubhat dan syahwat, sama bersumber dari kelemahan akal dan jiwa.

Pembentukan prilaku
Faktor-faktor pembentuk perilaku antara lain :
Faktor internal :
Instink biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya
Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri
Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya
Faktor eksternal
Lingkungan keluarga
Lingkungan sosial
Lingkungan pendidikan

Islam membagi akhlak menjadi dua yaitu :
fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui lingkungan alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman

Proses pembelajaran
Dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisme latihan. Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan latihan yang sistematis.

Tahapan perkembangan perilaku
Tahap I (0 – 10 tahun)
Perilaku lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi
Tahap II ( 11 – 15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog, pembimbingan, dan pelibatan
Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah swt

Ambivalensi Kejiwaan Manusia
Ambivalensi adalah dua garis jiwa yang berbeda bahkan berlawanan, namun saling berhadapan. Fungsinya :
Merekatkan sisi-sisi kepribadian manusia tetap utuh
Memperluas wilayah kepribadian manusia dengan tetap menjaga pusat keseimbangannya
Menjaga dinamika perkembangan jiwa manusia
Seseorang akan memiliki tingkat kesehatan mental yang baik, jika garis jiwa yang ambivalen berjalan dan bergerak secara harmonis, seakan simfoni indah orkestra handal. Maka langkah yang harus ditempuh agar simfoni tersebut mengalun indah dan harmonis adalah :
Atur posisi dan komposisi garis jiwa itu secara benar, dan hilangkan semua kecenderungan jiwa yang salah
Berikan atau tentukan arah kecenderungan jiwa secara benar dan natural.
Lihat ekspresinya dalam bentuk sikap dan perilaku kesehariannya
Garis jiwa yang ambivalen ada dalam diri manusia sejak ia lahir sampai ia mati, melekat, dan mewarnai semua sisi kehidupannya. Walaupun demikian, tetap ada perbedaan mendasar tentang objek dan alasan yang melahirkan garis jiwa menjadi perilaku, pada tahapan usia yang berbeda pula.

Pembentukan Kepribadian
Kepribadian terbentuk setelah melalui proses :
Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk rumusan visinya. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian

Tiga langkah merubah karakter
Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir
Langkah :

Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus
Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah
Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita

Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :

Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita
Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan.
Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita

Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan
Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh

Hadist riwayat Imam Ahmad :
Rasulullah berkata, “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku di hari kiamat?”
Kemudian Rasul mengulanginya sampai tiga kali, dan sahabat menjawab “Iya, ya rasulullah !” Lalu rasul bersabda, “Orang yang paling baik akhlaknya.”

metode NLP untuk menghafal al quran  

Posted by Muhammad Ihsan Fauzi

metode NLP untuk menghafal al quran
salah satu yang bisa digunakan dalam menghafal adalah metode repetition. metode repetition sudah digunakan selama berabad-abad oleh para hafidz (penghafal alquran). metode ini dikenal dengan nama murajaah (pengulangan. metode murajaah yang terkenal dengan cara mengulang hafalan sebanyak 75 kali. caranya adalah :
1. pilih waktu dan suasana yang tepat. misalnya habis shalat subuh atau habis shalat tahajud. paling enak melakukannya habis shalat tahajud (jam 03.00-04.30) karena udaranya masih sangat segar dan suasananya sepi. atau wakt-waktu yang lain, masing-masing orang memiliki waktu spesial.
2. bagi 1 halaman menjadi 2 atau tiga bagian.
3. Lafaskan ayat Quran dengan tilawah yang nyaman untuk anda, atau anda boleh menggunakan nada tilawah seperti Al Mathrud , Al Ghomidi atau yang lainnya. Dan pertahankan agar cara membaca anda selalu seperti itu.
4. baca 1 ayat sampai benar-benar lancar dilidah, untuk kabanyakan orang, baca minimal 15 kali. untuk orang-orang yang sudah expert biasanya cukup membaca 2-3 kali sudah hafal. untuk para manula atau orang yang belum mahir membaca alquran bisa sampai 25 kali
2. setelah membaca 1 ayat 15 kali, baca ayat selanjutnya sebanyak 15 kali.jangan khawatir kalau ayat itu beu hafal, baca saja ayat selanjutnya.ketika kita membaca ayat selanjutnya, otak mengura kita sudah hafal ayat sebelumnya. sehingga otomatis akan nempel diingatan.
5. setelah membaca ayat kedua 15 kali lanjutkan membaca ayat ketiga sebanyak 15 kali demikian seterusnya sampai sepertiga bagian halaman yang telah kita tentukan.
6. kalau tadi membaca per ayat 15 kali, sekarang baca sepertiga halaman sekaligus sebanyak 15 kali.
7. dengan melakukan langkah 1-7, biasanya kita langsung hafal sepertiga halaman al quran.
8. lakukan cara 1-6 untuk menghafal seertiga halaman kedua dan sepertiga halaman terakhir.
9. setelah membaca 1 halaman penuh, ulangi membaca 1 halaman penuh tersebut sebanyak 15 kali.
10.1 ayat minimal akan dibaca 45 kali yaitu 15 kali saat membaca per ayat, 15 kali saat membaca per bagian dan 15 kali saat membaca perhalaman. untuk pengulangan 25 kali, maka 1 halaman akan diulang sebanyak 75 kali. dengan metode menghafal seperti diatas, insya Allah kita bisa menghafal (sebagian)al quran dengan mudah.


muhammad ihsan fauzi,ssi,m.m